Minggu, 19 Maret 2017

Dragon Nest : Empty World Full Of Hate Chapter 1

Chapter 1 : Real World

Sebuah rumah tua yang dihuni oleh satu orang, jika dilihat sekilas seperti rumah tahun sembilan puluhan. Rumah itu sangat hening dan tidak ada suara mengganggu meskipun berada di sebuah kota besar bernama Saint Haven. Atap yang masih melindungi rumah itu dari panas dan hujan, cerobong asap yang terus mengeluarkan udara panas, dan jendela tertutup rapat seakan tidak berpenghuni.
Keheningan ini akan terpecah saat pagi, penduduk kota menjalani aktivitas mereka seperti biasa. Bertani, ternak hewan, dagang, hunting, dan sebagainya. Suasana yang begitu nyaman untuk ditinggali oleh orang yang satu ini, meskipun ia hanya menjalani hidup sesuai insting dan nalurinya.
Hari pertama di awal tahun, Akademi Saint’s Haven menerima murid baru. Di depan gerbang, terlihat banyak murid baru yang akan mendaftar untuk menjadi Adventure. Satu alasan mengapa banyak yang mendaftar ialah kewajiban melindungi kota dari serangan monster dan itu bukanlah alasan bagi dia.
Terlihat seorang laki-laki aneh dengan rambut berwarna putih pucat dan mata berwarna merah darah tengah jalan sendiri di depan gerbang. Orang itu memiliki tubuh yang cukup tinggi sekitar 170 cm, memakai baju putih polos dan celana hitam panjang.
‘Hanya tempat aneh yang dihuni ratusan manusia tak berguna’ ucap laki-laki itu dalam hati saat melihat Akademi. Tak lama, terdengar suara bel peringatan masuk dan puluhan bahkan ratusan murid baru bergegas masuk gerbang.
Ia merasa sedang diawasi dan bergegas masuk gerbang. Tersadar, bahwa ia diikuti oleh seorang berambut biru gelap dengan baju berwarna biru tua serta celana hitam panjang.
‘Ada apa dengan orang itu?’ tanya laki-laki berambut putih dalam hati. ‘Apa yang ia inginkan dariku?’ terusnya.
“Semua murid baru harap berkumpul di lapangan akademi, terima kasih.” Suara seseorang dengan badan tegap berambut kuning.
Semua murid baru bergegas ke lapangan dan terlihat sebuah panggung lumayan besar berdiri kokoh. Tak lama, orang berambut kuning naik ke atas panggung dan berkata “Kalian adalah masa depan dunia ini, jadi manfaatkan kesempatan masuk akademi sebaik mungkin.”
‘Hal yang dilakukan terpaksa tidak akan membuahkan hasil yang bagus.’ Ucap laki-laki berambut putih dalam hati.
“Sebelumnya perkenalkan namaku Zenzura.” Tambah pria berambut kuning.
“Jadi dia adalah Assasin itu ya.” Bisik wanita berambut coklat panjang kepada temannya.
“Benar, dia orangnya.” Jawab wanita satunya dengan nada pelan.
“Hey diam! Kalian itu tidak sopan bicara seperti itu saat aku bicara di atas sini.” Bentak Zenzura kepada puluhan murid baru di depannya.
Seketika suasana senyap dan tidak ada suara menggema. Mungkin murid baru ketakutan karena Zenzura adalah Assasin yang terkenal dengan sebutan Blood Hunter. Tidak perlu ditanya kenapa dia mendapatkan gelar tersebut.
Kenapa semua murid terdiam seketika? Zenzura memiliki kemampuan untuk menggertak jiwa orang yang melawannya. Dan menciptakan ketakutan mendalam pada orang yang terkena gertakan tersebut.
Semua murid seperti ketakutan dan berwajah pucat setelah dibentak Zenzura. Tapi tidak mempan pada laki-laki berambut putih pucat.
“Sepertinya ada seseorang yang kuat disini, huu… aku merasa ketakutan.” Zenzura bicara sendiri dengan ekspresi seperti memancing emosi laki-laki berambut putih pucat.
“Siapa namamu anak muda?” Tanya Zenzura pada laki-laki berambut putih pucat.
“Kau bertanya padaku?” Tanya laki-laki itu dengan nada santai.
“Wah, ternyata dia tidak mempan dengan gertakanku kawan-kawan.” Cetus Zenzura pada kawannya di bangku samping panggung.
‘Memancing emosiku dengan cara seperti itu, percuma.’ Ucap laki-laki berambut putih pucat dalam hati sambil menatap Zenzura dengan tatapan tajam.
“Kau tidak tahu siapa aku ha?” Bentak Zenzura pada laki-laki itu.
“Hm hm.” Jawab laki-laki itu sekaligus menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri.
“Hei kau berani-beraninya melawan senior di akademi ini!” Gertak salah seorang dari bangku di samping panggung.
Semua murid terdiam sambil melihat laki-laki berambut putih pucat yang diam dengan ekspresi datar.
“Dia kuat juga.”
“Sepertinya dia tidak tahu lawannya”
“Kurasa dia akan dikeluarkan dari akademi dalam waktu dekat.”
Begitulah ucap puluhan murid baru saat melihat laki-laki berambut putih pucat.
“Siapa namamu?” Tanya Zenzura.
“Bisakah kau bicara dengan sopan? Apakah seperti ini etika di akademi yang besar ini?” Jawab laki-laki itu dengan santainya.
“Baiklah.” Zenzura mengalah. “Siapa namamu?” Tanya lagi.
“Namaku Yozuru.” Jawab laki-laki berambut putih pucat sekaligus menatap tajam Zenzura dengan mata merahnya.
“Baiklah, kau lulus tes masuk akademi.” Ucap Zenzura.
“APA?!!”
“TIDAK MUNGKIN!!”
“MUSTAHIL!”
Semua murid keheranan dengan keputusan Zenzura.
“Apa aku boleh pulang sekarang?” Tanya Yozuru pada Zenzura yang berada di atas panggung.
“Apa-apaan dia?! Berani sekali bicara seperti itu padamu Zen!” Ucap seorang pria berambut biru cerah.
‘Hoo… jadi dia seniorku di sini.’ Pikir Yozuru dalam hati sambil memainkan benang merah di lehernya dengan senyum menyindir.
“Dia itu seperti tidak ada rasa takutnya sama sekali.” Bisik wanita berambut coklat panjang.
“Atau dia itu orang baru di kota ini ya?” Lanjut wanita disampingnya.
“Kau, siapa tadi namamu?” Tanya Zenzura.
“Kau itu masih muda, baru saja aku ucapkan namaku dan kau sudah lupa?” Jawab Yozuru yang kelihatannya seperti menghina Zenzura.
‘Awas kau anak muda!’ Kata Zenzura dalam hati sekaligus kesal. Tapi Zenzura tetap tersenyum saat menjawab “Apa kau ingin mencoba melawanku anak muda?”
“Huph… hah…” Yozuru mengambil nafas panjang dan melepaskannya lalu menjawab “Aku siap kapanpun kau mau” dengan senyum.
“APA KAU SUDAH GILA?!” Bentak seseorang yang berdiri di samping panggung. Wanita berambut merah panjang terurai dan tubuh yang seksi.
“Jika itu yang dia mau, apa boleh buat.” Jawab Yozuru dengan nada santai dan menutup mata.
“Pasti kau ketakutan saat ku tatap bukan?” Lanjut wanita berambut merah itu pada Yozuru.
“Aku hanya takut kalau aku buka mataku lalu kau lihat, kau akan pingsan.” Jawab Yozuru dengan mata masih tertutup.
“Grr..!” Geram wanita itu. “Kalau kau berani, cepat buka matamu.” Gertak wanita berambut merah.
“Baiklah aku buka…” Yozuru perlahan membuka matanya dan memperlihatkan mata merah darahnya dengan tatapan dingin.
‘Grk..!’ Wanita terdiam tanpa kata. Lalu dia jatuh pingsan.
“Sudah kuduga” Menutup matanya dan membukanya kembali, namun berubah menjadi warna merah cerah. Yozuru hanya tersenyum saat melihat wanita itu pingsan.
Suasana kembali hening saat wanita berambut merah pingsan. Murid baru seperti ketakutan dan tidak ada yang bicara sedikitpun.
“Sepertinya kita tidak punya banyak waktu. Diantara kalian semua, siapa yang masih ingin masuk akademi ini tanpa paksaan? Silahkan angkat tangan jika kalian ingin keluar.” Ucap Zenzura pada semua murid.
Puluhan murid mengangkat tangan dan pergi satu persatu. Tersisa Yozuru, Pria berambut biru tua, Pria berambut hitam dengan jaket hijau, Wanita berambut coklat dengan postur tinggi, dan elf dengan berambut hitam pekat.
“Sepertinya semangat mereka telah hilang.” Ucap Zenzura yang sepertinya putus asa.
“Selanjutnya apa yang harus ku lakukan?” Tanya Yozuru pada Zenzura.
“Ya benar, apa yang harus kami lakukan?” Terus pria dengan jaket hijau.
‘Mereka itu tidak sabaran, tapi sepertinya mereka tidak ada apa-apanya dibanding denganku keculai si rambut putih itu.’ Gumam wanita berambut coklat dalam hati.
“Pertanyaan yang bagus.” Jawab Zenzura. “Kalian akan melalui beberapa tahap yang sulit dan aku sangat yakin kalian tidak bisa melewatinya.” Terusnya.
“Kalian akan merasakan penderitaan yang sesungguhnya.” Ucap seorang laki-laki yang muncul di depan panggung.
“Uwaa…!” Kaget wanita berambut coklat dan pria jaket hijau.
“Maaf aku mengagetkan kalian.” Ucapnya dengan tersenyum. “Tapi aku tidak bercanda tentang penderitaan itu.” Terus pria tersebut.
“Cukup jelaskan apa yang harus kami lewati.” Tegas elf berambut hitam tersebut.
“Oke, tugasku sudah selesai. Kalian akan dibimbing oleh orang ini.” Ucap Zenzura sambil menepuk bahu temannya. “Namanya Rolve” Lanjut Zenzura.
“Sudah dengar? Sekarang sebutkan nama kalian satu persatu di depanku.” Lanjut Rolve.
“Aku Yozuru.” Ucap Yozuru pada Rolve.
“Bukankah sudah kubilang untuk mengucapkannya di depanku?” Tegas Rolve dengan senyuman.
Elf pun berdiri di depan Rolve dan berkata “Namaku Veila” dengan senyum manisnya.
“Ve… Veila… Benarkah itu kau?” Tanya Rolve penasaran.
“Benar, itulah namaku.” Jawab Veila.
‘Aku harus merahasiakan keberadaanya disini.” Gumam Rolve dalam hati. “Oke, selanjutnya.” Terus Rolve kepada para 5 murid di depannya.
“Namaku Ikuto.” Ucap pria berjaket hijau.
“Baik, selanjutnya.” Terus Rolve penasaran.
“Aku Luna.” Jawab wanita berambut coklat dengan posisi badan membungkuk.
“Oke, kau orang yang sopan.” Ucap Rolve.
“Aku Hatori.” Ucap pria berambut biru gelap dengan nada santai.
“Biar kutebak, kau assassin?” Tanya Rolve pada Hatori.
“Benar, aku adalah assassin.” Lanjut Hatori.
“Dan terakhir, kau pria yang tidak sopan.” Cetus Rolve pada Yozuru.
“Aku Yozuru.” Ucapnya dengan menutup mata.
“Hei, buka matamu. Kau pikir kau lihat apa?”
“Baiklah.” Membuka matanya, dan matanya berwarna merah cerah.
“Dengan ini, kalian berhasil melewati tahap pertama. Tahap selanjutnya tidak akan semudah ini, kalian akan melawan senior yang ada disini.” Ucap Rolve. “Tapi jika kalian kalah point, kalian tidak lulus tes masuk akademi.” Sambungnya.
“Baik, kami mengerti!” Tegas mereka berlima.
“Baiklah sampai jumpa besok, kalian butuh persiapan terlebih dahulu.” Ucap Rolve pada 5 orang di depannya. “Kalian boleh kembali ke rumah masing-masing dan mempersiapkan peralatan untuk besok. Aku sarankan, kalian membawa senjata dan juga armor yang cukup kuat. Karena lawan kalian tidak segan untuk membunuh kalian sekalipun.” Lanjutnya.
“Kalau seperti itu, aku akan kembali.” Ucap Yozuru yang ingin segera kembali pulang.
“Silahkan kembali ke tempat kalian masing-masing.” Rolve pergi dari tempat itu.
Mereka berpisah disitu, tapi terlihat Hatori yang mengikuti Yozuru pulang. Di tengah perjalanan pulang, Hatori terus mengikuti Yozuru secara diam-diam agar tidak ketahuan.
Di sebuah gang kecil Yozuru menyadari kalau Hatori mengikutinya pulang. Lalu dia menghilang sekejap mata.
“Wush…” Yozuru menghilang.
“Sial, dia berhasil kabur dariku.” Ucap Hatori kesal.
“Kau mencari siapa?” Yozuru berada di belakang Hatori.
“Sudah kuduga, kau bukan orang biasa.” Kalau begitu, sampai besok. Hatori pergi meninggalkan Yozuru.
“Tidak buruk untuk seorang assassin.” Yozuru bicara pada diri sendiri.
Hari pertama yang kurang berkesan bagi mereka berlima, tapi ini hanya awal saja bukan? Besok adalah hari yang menentukan hidup mereka kedepannya. Yozuru kembali ke rumahnya yang sudah tua namun masih kokoh tersebut.
Mampukah ia melewati Tes tersebut? Akankah dia mendapat sahabat disana?
~To Be Continue~

Contact = Facebook
BBM : D2121120

Dragon Nest : Empty World Full Of Hate (HIATUS)

Dragon Nest : Empty World Full Of Hate (HIATUS)
Author : Muhammad Fikri
Distributor Story : Deanka
Genre : Action, Adventure, Fantasy and Romance
Rating : T
Warning : None
Length : Chaptered / Series Fic
Note :
1.) Update Setiap Hari Minggu
2.) Jika Tidak Update, Maka Akan Update Minggu Selanjutnya
3.) Akan Ada Pemberitahuan Jika Mengalami "Pause" Atau "Stop" Sementara
Empty World Full Of Hate
Verathea, dunia tanpa batas yang ditempati oleh beragam makhluk hidup. Tempat dimana kehidupan berjalan dengan aman dan damai. Hingga suatu saat, kebencian masuk ke dunia ini. Seketika berubah menjadi ruang hampa.
Dunia kosong yang penuh kebencian dan tercemar oleh sifat buruk seluruh makhluk hidup. Seseorang berasal dari ras manusia yang terlahir dari mimpi buruk dunia dan kebencian yang tiada batas. Itulah dia, manusia yang terlahir dari mimpi buruk dunia.
Tanpa adanya ketertarikan pada kehidupan, hanya dia sendiri yang mampu menahan beban hidupnya. Meskipun seperti itu, dia hanya mencoba untuk berubah walaupun tidak berarti. Hingga pada suatu saat, ia hanya menjalani kehidupan layaknya manusia normal.
Di sebuah rumah yang sudah tua dan tidak terawat, ia mencoba untuk beradaptasi dengan dunia barunya. Meski itu sulit, ia telah bertekad untuk merubah dirinya sendiri.
Awalnya dia hanyalah seorang anak dari keluarga tak berada, hidup yang terus dicaci maki dan dihina oleh setiap manusia yang ia temui. Tanpa sadar, ia semakin tumbuh dewasa dan mulai terbiasa. Keluarganya terbunuh saat perang besar terjadi dan dia hanya tinggal seorang diri.
Menjauh dari hirup pikuk kehidupan manusia normal. Berdiri diatas jalan kehidupan seorang diri, berusaha untuk tetap hidup. Ia hanya menganggap kehidupannya hanyalah ruang hampa tanpa ujung. Sebuah nama yang tidak pernah terpikir oleh dirinya hanya satu, yaitu sahabat.
Apakah ia bisa menemukan seorang sahabat? Mungkinkah ia mengatasi kebenciannya pada dunia? Siapakah dia?

Contact = Facebook
BBM : D2121120